Tahukah anda, bahwa pendidikan di Indonesia itu mencapai
peringkat yang rendah. Padahal, ketika zaman Soekarno pendidikan di Indonesia mencapai
peringkat puluhan. Bahkan, lebih tinggi dari malaysia, tapi kalo sekarang kita
jauh berada di bawah malaysia. Menyedihkan bukan? Kenapa bisa terjadi? Mungkin
karena pemimpin-pemimpin sekarang yang telah banyak makan gaji buta. Bahkan, pernah
lembar jawaban UN pun sangat tipis hingga jika sekali kita hapus maka akan
sobek. Yang saya tanyakan adalah kemanakan uang yang bertriliun-triliun itu?
Di sekolah, kita belajar banyak mata pelajaran,
guru-guru memaksa kita untuk mendapatkan nilai bagus. Padahal belum tentu kita
bisa mendapatkan nilai bagus dan sebenarnya kita ini bukan komputer yang jika
disave maka akan langsung tersimpan. Kalau dipikir-pikir apakah seorang guru
dengan mata pelajaran tertentu dapat memahami pelajaran lainnya? Tentu tidak,
bukan? Walaupun ada, itupun hanya sebagian kecil. Contoh, jika seorang guru
matematika dites tentang pelajaran sejarah, akankah dia mendapat nilai yang
bagus? Belum tentu bukan? Sebenarnya guru-guru itu mengajar kita tentang
bagaimana cara menjadi guru, bukan bagaimana cara mendidik murid agar menjadi
insan yang baik dan sukses di masa depan.
Apakah kalian sering tertekan karena nilai anda
akan kecil jika tidak belajar? Saya selalu merasa aneh, apakah kita sekolah
hanya untuk mendapatkan nilai dan ijasah? Kalau kita dapat memaknai kata “bersekolah",
kita akan mendapatkan lebih dari itu. Kita akan mendapatkan pertemanan,
persahabatan, bahagia, sedih, pengalaman, ilmu, dan lebih banyak lagi. Banyak
orang yang nilai sekolahnya jelek tapi dia lebih sukses dari orang yang
nilainya sangat besar, Mengapa? Karena dia kreatif dan banyak teman yang selalu
mendukungnya. Banyak pula orang yang sukses di sekolahnya namun ketika dewasa
dia hanya menjadi pegawai negeri biasa. Hal itu terjadi karena, nilai bukan segalanya, yang menentukan sukses
tidak itu kita sendiri.
Sebenarnya dalam mata pelajaran, kita harus memahami
intinya, bukan menghafal kata-kata yang panjang sedangkan kita tidak mengetahui
artinya. Hal itu sama saja kita menghafal Al-Qur'an tapi tidak mengetahui
artinya sama sekali. Dan yang paling sulit yaitu ketika kita menghafal rumus
matematika, jika kita menghafal belum tentu kita dapat mengerjakan soal yang
lainnya. Namun, jika kita memahami inti dari rumus itu, insya Allah kita akan
dapat mengerjakannya.
Saya hampir selalu bertanya-tanya dalam pikiran,
kenapa kita tidak memperbanyak praktek daripada teori? Mungkin, sekolah
sekarang hampir semuanya memperbanyak
teori dan hampir melupakan praktek. Padahal menurut saya, hal yang terpenting
itu praktek karena, "experience
make it perfect". Contoh, jika kita sudah pernah
mengalami kegagalan dalam melakukan apapun, kita pasti tidak mau mengulangi
untuk yang kedua kalinya.
Di sekolah saya ada seorang guru yang ketika
masuk kelas dia melihat kelas kotor dan berantakan. Namun, dia membersihkannya
dan merapihkannya. Yang anehnya ketika dia masuk ke kelas dia selalu merapihkan
kelas karena, mungkin kelasku selalu kotor. Guru tersebut telah mencontohkan
tentang "jagalah kebersihan" tidak hanya dengan teori, namun
mempraktekannya di kesehariannya, hal itulah yang sebenarnya kita butuhkan.
Guru tersebut tidak memprioritaskan nilai sebagai tujuan utama murid, dia akan
memberikan nilai berapapun asal murid mau berusaha dan jujur walaupun nilainya
jelek. Guru sekolah saya yang lain tidak pernah sekalipun melakukan hal itu,
mereka hanya masuk kelas, tidak peduli walaupun kelas kotor, ngajar, nulis,
lalu kembali ke ruang guru.
Saya bertanya kenapa pengambilan jurusan IPA,
IPS dan lainnya harus ketika SMA? Menurut saya, sebaiknya kita mengambil
jurusan ketika anak sudah mengetahui potensinya, tentunya dengan dukungan orang
tua. Kita mungkin sering ketika mendapat nilai jelek orang tua akan berkata
"belajar! belajar! belajar!" dan sebenarnya kita juga stres harus
gimana. Dan hal yang paling aneh ketika kita mendapat nilai bagus maka kita
dibiarkan sedangkan kalau kita mendapat nilai jelek kita harus les.
Bukankah sebaiknya kemampuan seseorang itu dikembangkan?
Jika kita memendam potensi kita, itu sama halnya kita membuang berlian yang
dikasih oleh orang tua kita. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi jika messi
menjadi seniman? Tentu hasilnya tidak akan semaksimal dengan apa yang ia
peroleh sekarang. Oleh karena itu, kita sebaiknya mengembangkan potensi apa
yang telah dianugerahkan Allah kepada kita agar kita tidak menyia-niyakannya
begitu saja.
Ini hanya pendapat saya,
walaupun demikian kalian harus tetap belajar darimanapun sumbernya, jika ada
perkataan yang kurang berkenan mohon maaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar