Hai
pembaca yang sudah lama tak jumpa. Maafkan saya yang telah sangat lama tidak update artikel karena saya telah
kehilangan tujuan hidup sehingga malas alias mager untuk beraktivitas. Insya
Allah setelah artikel ini saya akan lebih rajin update artikel. Kali ini artikel saya hanya bercerita tentang pengalaman
saya selama bulan Ramadhan, semoga bermanfaat.
Sekarang
saya kuliah di salah satu universitas negeri surabaya. Sebelum libur semester
genap, saya mendaftarkan diri sebagai P3R Salman ITB. Keputusan yang sangat
berisiko, dengan daftarnya saya sebagai P3R saya harus menghabiskan libur
selama satu bulan di Salman dan tidak dapat bertemu orang tua. Apalagi cuaca
ekstrem di Bandung yang dapat membuat kambuh sinusitis. Namun, menjadi P3R
merupakan salah satu keinginan saya semenjak SMA.
Ketika
libur tiba, saya terbang menuju Bandara Husein, dinginnya hembusan udara kota
Bandung pun terasa hingga sumsum tulang (sok puitis). Keesokan hari sebelum
Ramadhan, aktivitas pertama yang saya lakukan yaitu berolahraga dengan teman di
Saraga ITB pada pagi hari. Saya bertemu salah satu teman SMA dan melakukan
olahraga seperti biasa. Sekitar tiga hari kemudian, saya berolahraga lagi
dengan teman SMA yang lebih banyak. Kami pun bertukar cerita serta canda dan
tawa setelah sekian lama tak jumpa (sok puitis lagi). Setelah lari, kami sangat
kelaparan. Kami pun ke parkiran untuk mengambil motor karena akan sarapan di car free day dago. Namun ketika kami
sedang mengambil motor, ada sesuatu yang janggal, pasalnya helm yang saya gantung
di motor teman tidak ada. Saya pun bergegas untuk bertanya ke tukang parkir dan
security setempat namun, tidak ada yang
melihatnya. Dalam hati pun berkata “Baru aja nyampe Bandung, helm mahal ilang,
kampret”. Saya hanya bisa pasrah karena pasti ada hikmah dibaliknya.
Ketika Ramadhan tiba, saya bersama
teman saya menjadi P3R Salman. Kami pun berada dalam sub divisi yang sama yaitu
tarawih. Setiap hari seusai ashar kami bertugas mengangkat tikar besar dan
seusai maghrib kami bertugas menyebarkan kencleng dan mengatur shaf jamaah.
Kami melakukan tugas tersebut dengan lancar walaupun berat dan capek. Seiring
berjalannya waktu kami semakin mengenal satu sama lain. Ternyata 90% anggota
tarawih berasal dari ITB angkatan 2015 tapi tak ada satupun dari mereka yang
berasal dari Bandung. Walaupun saya berasal dari ITS, mereka tetap asik dan tak
ada yang rasis. Mereka malah sering bertanya tentang ITS ke saya sehingga saya
pun tidak canggung.
Sekitar tanggal 20an Juni ayah saya berada
di Bandung karena ada tugas kantor. Saya pun dibelikan HP baru oleh ayah.
Sebenarnya HP tersebut untuk ibu agar dia dapat menggunakan Line dan Whatsapp.
Namun, ayah saya memberitahu untuk tukaran HP saya yang lama dengan HP ibu yang
baru. Alhamdulillah saya dapat HP baru dengan jaringan 4G. Saya pun semakin
mudah untuk mengakses internet apalagi youtube karena saking cepatnya.
Dua
hari setelah pembelian HP, saya pergi ke BIP untuk mencari baju muslim. Saya
pun mengaktifkan Waze untuk pergi ke BIP dan HP saya taruh di saku motor Beat.
Ketika sampai di BIP, saya bersemangat untuk membeli baju muslim dan akhirnya dapat
satu. Kemudian adzan ashar berkumandang sehingga saya bergegas untuk segera
shalat. Ketika selesai shalat, ada sesuatu yang janggal, pasalnya HP yang biasa
saya taruh di saku jaket tidak ada. Saya pun bergegas untuk kembali ke motor
karena saya ingat terakhir kali saya menggunakan Waze di saku motor. Namun apa
daya, HP sudah ludes diambil pencuri. Dalam hati berkata “huft, waw, baru helm
hilang, HP ngikut hilang, baru kepake dua hari lagi”. Saya hanya bisa pasrah
karena pasti ada hikmah dibaliknya.
Dua hari kemudian, saya ingin
mengembalikan nomor HP dengan pergi ke XL Service
Center. Saya pun memarkirkan motor di BEC. Saya menunggu antrean selama
satu setengah jam. Saya pun memberitahu keluhan yang saya alami dan akhirnya
nomor dapat dikembalikan. Ketika saya ingin pulang, ada sesuatu yang janggal,
pasalnya kunci motor yang biasa saya taruh di saku jaket tidak ada. Saya pun
bergegas untuk kembali ke motor karena saya ingat terakhir kali kuncinya digantung
di jok untuk menyimpan helm. Namun apa daya... sebenarnya yang ini agak berbeda
ceritanya. Alhamdulillah, kunci motor ditemukan oleh tukang parkir dan dia
meminta uang rokok. Yaiyalah hanya kemungkinan kecil kalo motor hilang sih, kan
make karcis.
Setiap hari selama bulan Ramadhan
saya melakukan kegiatan di Masjid Salman tanpa HP yang ada internetnya. Rasanya
tuh... awalnya sih gak biasa, namun seiring berjalannya waktu ya.. biasa aja
sih hidup tanpa internet. Walaupun gak ada yang chat. Walaupun gak ada yang nanyain kenapa gak chat (so sad). Semua
berlalu begitu saja, bahkan saya tak merasa sepi ketika di Masjid. Bahkan
menurut saya, saya merasa lebih kesepian ketika memiliki internet. Ketika
memiliki internet, saya semakin menjauh dari Allah karena saking bebasnya untuk
berselancar di dunia maya sehingga menghabiskan waktu berjam-jam dalam hidup,
terus kenapa? Karena saking terlalu lama, kita juga kadang kebablasan membuka
hal yang tidak kita inginkan. Sejak dulu, saya ingin berhenti dari tontonan
yang berbau pornografi karena dapat merusak otak dan akal (akal = hati nurani).
Semenjak hilangnya HP, Masya Allah, saya benar-benar berhenti.
Semua
kejadian yang berlalu pun ada hikmahnya. Ketika helm hilang, saya mengerti
bahwa kita tidak boleh berbangga sedikitpun dengan harta yang kita miliki,
karena Allah dapat mengambil kembali semua harta yang Dia titipkan kepada kita
kapanpun dan melalui jalan yang tak disangka-sangka. Ketika HP hilang aku
mengerti bahwa internet lebih banyak membawa dampak negatif daripada dampak positif.
Ketika hilangnya kunci motor saya diingatkan oleh Allah agar selalu menjaga hal
yang berharga yang telah dititipkan kepada kita seperti kecerdasan, kesehatan,
waktu luang, mata, banyaklah. Bulan Ramadhan pun berlalu, satu per satu teman
P3R pulang kampung, hanya tersisa saya dan dua orang anggota. Mungkin Allah
ingin memberitahuku bahwa semua orang yang saya kenal pasti akan pergi pada
waktunya, yang tersisa hanya kita dan amal kita yang nantinya akan
dipertanggungjawabkan di hari perhitungan.
Saya
pun mendapat tujuan dan semangat hidup seperti dahulu kala. Walaupun batuk dan
ingus bercampur darah akibat dinginnya cuaca, namun saya mendapat banyak sekali
manfaat di bulan Ramadhan ini yang menurut saya sangat berharga kedepannya.
Mohon maaf lahir batin, jika ada kritik atau saran silakan komentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar