Selasa, 05 Juli 2016

Ramadhanku Tekor



Hai pembaca yang sudah lama tak jumpa. Maafkan saya yang telah sangat lama tidak update artikel karena saya telah kehilangan tujuan hidup sehingga malas alias mager untuk beraktivitas. Insya Allah setelah artikel ini saya akan lebih rajin update artikel. Kali ini artikel saya hanya bercerita tentang pengalaman saya selama bulan Ramadhan, semoga bermanfaat.
Sekarang saya kuliah di salah satu universitas negeri surabaya. Sebelum libur semester genap, saya mendaftarkan diri sebagai P3R Salman ITB. Keputusan yang sangat berisiko, dengan daftarnya saya sebagai P3R saya harus menghabiskan libur selama satu bulan di Salman dan tidak dapat bertemu orang tua. Apalagi cuaca ekstrem di Bandung yang dapat membuat kambuh sinusitis. Namun, menjadi P3R merupakan salah satu keinginan saya semenjak SMA.
Ketika libur tiba, saya terbang menuju Bandara Husein, dinginnya hembusan udara kota Bandung pun terasa hingga sumsum tulang (sok puitis). Keesokan hari sebelum Ramadhan, aktivitas pertama yang saya lakukan yaitu berolahraga dengan teman di Saraga ITB pada pagi hari. Saya bertemu salah satu teman SMA dan melakukan olahraga seperti biasa. Sekitar tiga hari kemudian, saya berolahraga lagi dengan teman SMA yang lebih banyak. Kami pun bertukar cerita serta canda dan tawa setelah sekian lama tak jumpa (sok puitis lagi). Setelah lari, kami sangat kelaparan. Kami pun ke parkiran untuk mengambil motor karena akan sarapan di car free day dago. Namun ketika kami sedang mengambil motor, ada sesuatu yang janggal, pasalnya helm yang saya gantung di motor teman tidak ada. Saya pun bergegas untuk bertanya ke tukang parkir dan security setempat namun, tidak ada yang melihatnya. Dalam hati pun berkata “Baru aja nyampe Bandung, helm mahal ilang, kampret”. Saya hanya bisa pasrah karena pasti ada hikmah dibaliknya.
            Ketika Ramadhan tiba, saya bersama teman saya menjadi P3R Salman. Kami pun berada dalam sub divisi yang sama yaitu tarawih. Setiap hari seusai ashar kami bertugas mengangkat tikar besar dan seusai maghrib kami bertugas menyebarkan kencleng dan mengatur shaf jamaah. Kami melakukan tugas tersebut dengan lancar walaupun berat dan capek. Seiring berjalannya waktu kami semakin mengenal satu sama lain. Ternyata 90% anggota tarawih berasal dari ITB angkatan 2015 tapi tak ada satupun dari mereka yang berasal dari Bandung. Walaupun saya berasal dari ITS, mereka tetap asik dan tak ada yang rasis. Mereka malah sering bertanya tentang ITS ke saya sehingga saya pun tidak canggung.
            Sekitar tanggal 20an Juni ayah saya berada di Bandung karena ada tugas kantor. Saya pun dibelikan HP baru oleh ayah. Sebenarnya HP tersebut untuk ibu agar dia dapat menggunakan Line dan Whatsapp. Namun, ayah saya memberitahu untuk tukaran HP saya yang lama dengan HP ibu yang baru. Alhamdulillah saya dapat HP baru dengan jaringan 4G. Saya pun semakin mudah untuk mengakses internet apalagi youtube karena saking cepatnya.
Dua hari setelah pembelian HP, saya pergi ke BIP untuk mencari baju muslim. Saya pun mengaktifkan Waze untuk pergi ke BIP dan HP saya taruh di saku motor Beat. Ketika sampai di BIP, saya bersemangat untuk membeli baju muslim dan akhirnya dapat satu. Kemudian adzan ashar berkumandang sehingga saya bergegas untuk segera shalat. Ketika selesai shalat, ada sesuatu yang janggal, pasalnya HP yang biasa saya taruh di saku jaket tidak ada. Saya pun bergegas untuk kembali ke motor karena saya ingat terakhir kali saya menggunakan Waze di saku motor. Namun apa daya, HP sudah ludes diambil pencuri. Dalam hati berkata “huft, waw, baru helm hilang, HP ngikut hilang, baru kepake dua hari lagi”. Saya hanya bisa pasrah karena pasti ada hikmah dibaliknya.
            Dua hari kemudian, saya ingin mengembalikan nomor HP dengan pergi ke XL Service Center. Saya pun memarkirkan motor di BEC. Saya menunggu antrean selama satu setengah jam. Saya pun memberitahu keluhan yang saya alami dan akhirnya nomor dapat dikembalikan. Ketika saya ingin pulang, ada sesuatu yang janggal, pasalnya kunci motor yang biasa saya taruh di saku jaket tidak ada. Saya pun bergegas untuk kembali ke motor karena saya ingat terakhir kali kuncinya digantung di jok untuk menyimpan helm. Namun apa daya... sebenarnya yang ini agak berbeda ceritanya. Alhamdulillah, kunci motor ditemukan oleh tukang parkir dan dia meminta uang rokok. Yaiyalah hanya kemungkinan kecil kalo motor hilang sih, kan make karcis.  
            Setiap hari selama bulan Ramadhan saya melakukan kegiatan di Masjid Salman tanpa HP yang ada internetnya. Rasanya tuh... awalnya sih gak biasa, namun seiring berjalannya waktu ya.. biasa aja sih hidup tanpa internet. Walaupun gak ada yang chat. Walaupun gak ada yang nanyain kenapa gak chat (so sad). Semua berlalu begitu saja, bahkan saya tak merasa sepi ketika di Masjid. Bahkan menurut saya, saya merasa lebih kesepian ketika memiliki internet. Ketika memiliki internet, saya semakin menjauh dari Allah karena saking bebasnya untuk berselancar di dunia maya sehingga menghabiskan waktu berjam-jam dalam hidup, terus kenapa? Karena saking terlalu lama, kita juga kadang kebablasan membuka hal yang tidak kita inginkan. Sejak dulu, saya ingin berhenti dari tontonan yang berbau pornografi karena dapat merusak otak dan akal (akal = hati nurani). Semenjak hilangnya HP, Masya Allah, saya benar-benar berhenti.
Semua kejadian yang berlalu pun ada hikmahnya. Ketika helm hilang, saya mengerti bahwa kita tidak boleh berbangga sedikitpun dengan harta yang kita miliki, karena Allah dapat mengambil kembali semua harta yang Dia titipkan kepada kita kapanpun dan melalui jalan yang tak disangka-sangka. Ketika HP hilang aku mengerti bahwa internet lebih banyak membawa dampak negatif daripada dampak positif. Ketika hilangnya kunci motor saya diingatkan oleh Allah agar selalu menjaga hal yang berharga yang telah dititipkan kepada kita seperti kecerdasan, kesehatan, waktu luang, mata, banyaklah. Bulan Ramadhan pun berlalu, satu per satu teman P3R pulang kampung, hanya tersisa saya dan dua orang anggota. Mungkin Allah ingin memberitahuku bahwa semua orang yang saya kenal pasti akan pergi pada waktunya, yang tersisa hanya kita dan amal kita yang nantinya akan dipertanggungjawabkan di hari perhitungan.
Saya pun mendapat tujuan dan semangat hidup seperti dahulu kala. Walaupun batuk dan ingus bercampur darah akibat dinginnya cuaca, namun saya mendapat banyak sekali manfaat di bulan Ramadhan ini yang menurut saya sangat berharga kedepannya. Mohon maaf lahir batin, jika ada kritik atau saran silakan komentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar