Selasa, 08 April 2014

Pemimpin Haruslah Muhsin

Mungkin diantara kalian masih belum memahami perbandingan muhsin. Setiap Muhsin pasti Mukmin dan setiap Mukmin pasti Muslim. Tapi tidak berlaku sebaliknya, tidak setiap Muslim itu Mukmin dan tidak setiap Mukmin mencapai derajat Muhsin. Mengapa pemimpin kita harus muhsin? Bukankah pemimpin cerdas saja sudah cukup? Jika kita hanya memiliki pemimpin yang cerdas, maka akan banyak kelicikan dan kemunafikan yang akan terjadi. Tidakah non Islam yang cerdas sudah cukup? Kalau begitu lihat Al-Quran berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” (Q.S. Al-Maidah: 51).
Akhir-akhir ini banyak orang yang mengajukan diri sebagai caleg dan capres. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kursi tersebut dengan berbagai cara. Ada yang dengan kampanye, blusukan, pembagian amplop (uang), sampai ada yang pergi ke dukun. Mereka sampai merelakan diri untuk bermandi di sungai kotor untuk mendapat keberkahan. Jika mereka tidak terpilih, maka akan banyak orang yang sait jiwa karena harta mereka telah terkuras untuk kampanye. Sebenarnya Tuhan mereka itu Allah atau uang?! Perhatikan hadits berikut:
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam al-Dailami, Rasulullah SAW mengejutkan para sahabat dengan sabdanya: “Bakal datag di tengah-tengah umatku suatu zaman tak tersisa dari Al-Quran kecuali aksaranya. Tidak tersisa dari Islam kecuali namanya. Nanti bakal dating orang-orang yang menamai dirinya dengan Islam tetapi sebetulnya mereka adalah orang yang paling jauh dari Islam. Para ulamanya, makhluk paling buruk di bumi ini. Dari mereka keluar fiitnah, dan kepada mereka fitnah itu kembali.” Kemudian para sahabat bertanya, “Apakah mereka itu menyembah berhala?” Rasul menjawab, “Betul, dan berhala mereka adalah uang”.
Hadits ini menggambarkan kehidupan yang ada pada zaman sekarang. Banyak caleg yang mengaku Islam tetapi masih mempercayai dukun. Banyak orang yang hanya Islam KTP, membeli Al-Quran hanya menjadi pajangan, mengaku ustad kelakuan bejad. Dan yang paling banyak terjadi yaitu banyak orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Bagaimana mungkin orang-orang seperti ini (caleg dan capres) dapat disebut dengan orang muhsin sedangkan untuk kategori mukmin saja belum tentu. Di Indonesia sendiri untuk mendapatkan pemimpin yang muhsin masih sangat sulit, mereka hanya berkopeah tapi tak mengerti akhlak.
Saya berharap ada pemimpin yang cerdas dan ihsan di Indonesia seperti Mursi yang menerapkan hukum Islam dalam segala bidang. Tapi jikalau kita belum menemukan, paling tidak pilihlah pemimpin yang Islam. Artikel ini saya tulis bukan untuk mempromosikan atau bahkan kampanye, saya hanya mengungkapkan apa yang telah terjadi di zaman sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar