Mungkin diantara kalian
masih belum memahami perbandingan muhsin. Setiap Muhsin pasti Mukmin dan setiap
Mukmin pasti Muslim. Tapi tidak berlaku sebaliknya, tidak setiap Muslim itu
Mukmin dan tidak setiap Mukmin mencapai derajat Muhsin. Mengapa pemimpin kita
harus muhsin? Bukankah pemimpin cerdas saja sudah cukup? Jika kita hanya
memiliki pemimpin yang cerdas, maka akan banyak kelicikan dan kemunafikan yang
akan terjadi. Tidakah non Islam yang cerdas sudah cukup? Kalau begitu lihat
Al-Quran berikut:
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian
mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang dzalim.” (Q.S. Al-Maidah: 51).
Akhir-akhir ini banyak
orang yang mengajukan diri sebagai caleg dan capres. Mereka berlomba-lomba untuk
mendapatkan kursi tersebut dengan berbagai cara. Ada yang dengan kampanye,
blusukan, pembagian amplop (uang), sampai ada yang pergi ke dukun. Mereka
sampai merelakan diri untuk bermandi di sungai kotor untuk mendapat keberkahan.
Jika mereka tidak terpilih, maka akan banyak orang yang sait jiwa karena harta
mereka telah terkuras untuk kampanye. Sebenarnya Tuhan mereka itu Allah atau
uang?! Perhatikan hadits berikut:
Dalam salah satu hadits
yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam al-Dailami, Rasulullah SAW mengejutkan
para sahabat dengan sabdanya: “Bakal datag di tengah-tengah umatku suatu zaman
tak tersisa dari Al-Quran kecuali aksaranya. Tidak tersisa dari Islam kecuali
namanya. Nanti bakal dating orang-orang yang menamai dirinya dengan Islam
tetapi sebetulnya mereka adalah orang yang paling jauh dari Islam. Para
ulamanya, makhluk paling buruk di bumi ini. Dari mereka keluar fiitnah, dan
kepada mereka fitnah itu kembali.” Kemudian para sahabat bertanya, “Apakah
mereka itu menyembah berhala?” Rasul menjawab, “Betul, dan berhala mereka
adalah uang”.
Hadits ini
menggambarkan kehidupan yang ada pada zaman sekarang. Banyak caleg yang mengaku
Islam tetapi masih mempercayai dukun. Banyak orang yang hanya Islam KTP,
membeli Al-Quran hanya menjadi pajangan, mengaku ustad kelakuan bejad. Dan yang
paling banyak terjadi yaitu banyak orang menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan uang. Bagaimana mungkin orang-orang seperti ini (caleg dan capres)
dapat disebut dengan orang muhsin sedangkan untuk kategori mukmin saja belum
tentu. Di Indonesia sendiri untuk mendapatkan pemimpin yang muhsin masih sangat
sulit, mereka hanya berkopeah tapi tak mengerti akhlak.
Saya berharap ada
pemimpin yang cerdas dan ihsan di Indonesia seperti Mursi yang menerapkan hukum
Islam dalam segala bidang. Tapi jikalau kita belum menemukan, paling tidak
pilihlah pemimpin yang Islam. Artikel ini saya tulis bukan untuk mempromosikan
atau bahkan kampanye, saya hanya mengungkapkan apa yang telah terjadi di zaman
sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar