Minggu, 14 Januari 2018

Ideologi


            Setiap manusia mempunyai ideologi masing-masing. Setiap kepribadian dibentuk dari ideologi. Ideologi tentang bagaimana setiap individu menanggapi kehidupan dunia. Sebuah ideologi sangat susah diubah jika individu tersebut telah memahami dan menjiwai serta menganggap ideologinya adalah ideologi yang paling benar. Sama halnya dengan sebuah negara. Setiap negara mempunyai ideologinya masing-masing. Ada yang komunis, liberalis, demokratis, dan masih banyak lagi. Setiap negara yang telah menganut suatu ideologi sangat susah untuk mengganti ideoloinya, karena sudah dari turun temurun yang merupakan nilai luhur dan dianggap paling benar. Pembuatan ideologi negara, pertama kali dilakukan oleh setiap individu atas kesamaan ideologi. Indonesia dibuat oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kesamaan ideologi sehingga terbentuklah ideologi demokrasi.
Lahirnya sebuah ideologi tidak luput dari pemikiran kita tentang hidup ini. Pemikiran tentang hidup dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan, terutama individu itu sendiri. Karena pada hakekatnya, individu lah yang menentukan jati diri dan ideologinya sendiri. Maka sangat wajar, jika setiap individu memiliki ideologi yang berbeda. Maka wajar pula jika ada individu yang mempunyai ideologi islam. Ideologi islam terbentuk karena setiap individu percaya bahwa kita diciptakan dengan adanya tujuan. Kehidupan dunia yang ketika kita mati maka tak tahu kemana lagi pun menjadi salah satu landasan seseorang mempercayai ideologi islam. Keberadaan alam semesta yang begitu luas dan menakjubkan pun menjadi salah satu landasan kita menghamba kepada yang menciptakan seluruhnya. Pada hakekatnya, ideologi islam terbentuk karena naluri manusia yang takjub dan menghamba kepada pencipta seluruh alam. Maka sangat wajar ideologi islam terbentuk.
Hampir setiap manusia sangat ingin ideologinya menjadi ideologi orang lain agar memiliki persamaan dalam arti hidup. Sebagai orang yang demokratis pasti menginginkan orang lain mengikuti pencoblosan, kampanye, demo, dan aturan serta norma yang telah dibuat oleh ideologi tersebut. Sama halnya dengan ideologi islam. Setiap penganut ideologi islam pasti menginginkan individu lain menganut ideologi islam dengan caranya sendiri. Maka sangat tidak wajar jika hanya islam yang dianggap teroris ketika ingin menegakkan ideologinya. Seharusnya ideologi selain demokrasi pun dianggap teroris karena mengancam atau meneror ideologi negeri kita.
Setiap individu yang tidak sesuai dengan ideologinya akan dianggap sebagai virus atau penghalang. Setiap ideologi tentunya ingin menghapus virus tersebut sesuai dengan cara dan norma ideologi tersebut. Misal jika seseorang melenceng dari aturan yang telah dibuat suatu negara yang berideologikan demokrasi, maka akan dihukum sesuai dengan UU yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan ideologi lain. Islam mempunyai aturan tertentu yang telah tercantum dalam Al-Quran dan Hadits. Mereka pun akan menghapus virus atau penghalang yang berbeda ideologi dengan caranya sendiri. Misal jika seseorang melenceng dari ajaran islam, maka akan dihukum sesuai dengan Al-Quran dan Hadits.
Setiap manusia pastinya memiliki ideologi yang berbeda dan hanya memiliki dua agama yaitu islam dan kafir. Seseorang yang berideologikan demokrasi bisa saja beragama islam, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Hanya orang yang beragama islam sajalah yang memiliki ideologi islam, karena orang yang berideologikan islam hanyalah orang yang telah mengaplikasikan agama islam secara kaffah (keseluruhan). “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. Al Baqarah: 208). Islam adalah agama yang mengatur seluruh sendi kehidupan, mulai dari yang terkecil seperti memakai sandal, hingga yang terbesar yaitu tata negara. Ideologi islam adalah sebagai salah satu ketundukan kepada Allah.
Setiap ideologi memiliki cara untuk menyebarkan ideologinya dan menghapus virus atau penghalang seperti yang telah disebutkan di atas. Begitupun dengan ideologi islam. Ingatlah ketika zaman para sahabat, ketika ingin menegakkan ideologi islam dan menghapus penghalang, mereka melakukannya dengan 3 tahapan, 
1.    Masuk islam secara sukarela   
2.    Membayar jizyah jika tidak ingin masuk islam 
3.    Berperang jika tidak menginginkan keduanya.
Hal di ataslah yang ditinggalkan umat muslim saat ini. Maka sangat wajar kita memiliki suatu penyakit yang dinamakan Tololransi (toleransi). Toleransi ada ketika syarat tegaknya islam tidak dijalankan, maka umat islam yang banyak justru ditindas oleh orang kafir yang sedikit, disebabkan rasa takut orang kafir terhadap umat islam yang telah hilang.
Sangat wajar jika ada seseorang yang ingin menegakkan islam dengan jihad, karena setiap individu yang memiliki ideologi lain di zaman fitnah ini tentunya tidak akan mau memenuhi syarat pertama dan kedua yang telah disebutkan di atas. Sangat wajar pula jika islam dianggap teroris, karena islam tidak akan tegak jika jihad ditinggalkan. Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Q.S. Al-Hadid:25). Berdasarkan ayat di atas, kita disuruh untuk menggunakan besi (pedang) untuk meninggikan kalimat Allah, bukan dengan lisan, bukan pula dengan berdemo.
Jihad yang telah ditinggalkan umat muslim saat ini menyebabkan banyak umat muslim di dunia tidak berideologikan islam. Mereka selalu beranggapan “islam itu damai”, “islam itu indah”. Memang benar, tetapi berbeda penerapannya, hal itu bisa kita lakukan dengan sesama muslim, atau orang kafir yang membayar jizyah, atau orang kafir yang terikat dalam perjanjian. Di zaman fitnah ini banyak sekali ustadz yang menyembunyikan kebenaran ini. Jika seperti ini terus maka kita akan selalu mengadakan demo berjilid-jilid tanpa hasil (hasil signifikan). Memang banyak yang berdemo tetapi Allah tidak pernah menyuruh berdemo sekalipun. Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745).
Hadits di atas sangat cocok dengan keadaan kita saat ini lihat saja foto di bawah ini.
 
Mereka melakukan hal di atas karena kaum muslimin telah banyak yang meninggalkan jihad dikarenakan mereka telah nyaman (cinta) dengan posisi dan jabatan mereka (dunia) serta takut akan pembunuhan (mati). Mereka beragama islam, tetapi menggunakan ideologi demokrasi untuk memperjuangkan hak muslim, bukan dengan ideologi islam. Sehingga sangat wajarlah banyak orang yang mengaku islam tapi tidak berideologikan islam. Karena pada hakekatnya mereka yang mengaku islam memiliki ideologi lain dalam dirinya.
Sebagai seorang muslim saya hendak mengajak untuk kembali kepada ideologi islam yang bersumber dari Allah. Jangan sampai fitnah akhir zaman ini merasuki ideologi kita sehingga kita hanya islam tapi tak berideologi islam. “Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir. Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (Q.S. Al-Kahfi:102-104).
Berdasarkan uraian di atas, wajar jika orang yang berideologikan selain islam telah keluar dari jalan yang benar yaitu menuju kafir. Karena pada hakekatnya ketika individu memiliki ideologi islam maka dia akan menjadikan Allah (pembuat ideologi) sebagai Tuhan dan Sesembahan mereka, serta menganggap Muhammad utusan Allah yang menyampaikan kitab suci Al-Quran. Bandingkan dengan ideologi demokrasi! Ketika berada di ideologi demokrasi, Tuhan pun berubah menjadi pembuat ideologi yaitu MPR dan kitab suci berubah menjadi kitab UUD. “...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Q.S. Al-Maidah: 44).  Ideologi islam dan ideologi demokrasi adalah hal yang berbeda dan tidak dapat disamakan. Seperti dua mangkok yang berbeda yang diisi untuk membuat makanan yang berbeda. Walaupun ada kesamaan bahan makanan, tetapi makanan yang akan dibuat serta tempatnya pun berbeda.
Lalu bagaimana jika ada muslim yang shaleh dan ingin menjabat menjadi presiden lalu akan meninggikan islam? Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah mengalami kasus yang serupa, bahkan langsung ditawarkan. Ingatlah ketika zaman Rasulullah, beliau pernah ditawarkan menjadi raja oleh Abu Jahal, tetapi beliau menolak, karena beliau tidak ingin mencampurkan yang haq dengan bathil. Padahal jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi raja, bisa saja beliau mengganti hukumnya, tetapi beliau menolaknya, karena caranya salah, yaitu mencampurkan ideologi islam dengan ideologi jahiliyah.
Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah dan kesalahan datang dari nafsu saya sendiri. Wallahu a‘lam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar