Setiap manusia mempunyai ideologi
masing-masing. Setiap kepribadian dibentuk dari ideologi. Ideologi tentang
bagaimana setiap individu menanggapi kehidupan dunia. Sebuah ideologi sangat
susah diubah jika individu tersebut telah memahami dan menjiwai serta
menganggap ideologinya adalah ideologi yang paling benar. Sama halnya dengan
sebuah negara. Setiap negara mempunyai ideologinya masing-masing. Ada yang
komunis, liberalis, demokratis, dan masih banyak lagi. Setiap negara yang telah
menganut suatu ideologi sangat susah untuk mengganti ideoloinya, karena sudah
dari turun temurun yang merupakan nilai luhur dan dianggap paling benar. Pembuatan
ideologi negara, pertama kali dilakukan oleh setiap individu atas kesamaan
ideologi. Indonesia dibuat oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kesamaan
ideologi sehingga terbentuklah ideologi demokrasi.
Lahirnya
sebuah ideologi tidak luput dari pemikiran kita tentang hidup ini. Pemikiran
tentang hidup dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan, terutama individu itu
sendiri. Karena pada hakekatnya, individu lah yang menentukan jati diri dan
ideologinya sendiri. Maka sangat wajar, jika setiap individu memiliki ideologi
yang berbeda. Maka wajar pula jika ada individu yang mempunyai ideologi islam.
Ideologi islam terbentuk karena setiap individu percaya bahwa kita diciptakan
dengan adanya tujuan. Kehidupan dunia yang ketika kita mati maka tak tahu
kemana lagi pun menjadi salah satu landasan seseorang mempercayai ideologi islam.
Keberadaan alam semesta yang begitu luas dan menakjubkan pun menjadi salah satu
landasan kita menghamba kepada yang menciptakan seluruhnya. Pada hakekatnya,
ideologi islam terbentuk karena naluri manusia yang takjub dan menghamba kepada
pencipta seluruh alam. Maka sangat wajar ideologi islam terbentuk.
Hampir
setiap manusia sangat ingin ideologinya menjadi ideologi orang lain agar
memiliki persamaan dalam arti hidup. Sebagai orang yang demokratis pasti
menginginkan orang lain mengikuti pencoblosan, kampanye, demo, dan aturan serta
norma yang telah dibuat oleh ideologi tersebut. Sama halnya dengan ideologi
islam. Setiap penganut ideologi islam pasti menginginkan individu lain menganut
ideologi islam dengan caranya sendiri. Maka sangat tidak wajar jika hanya islam
yang dianggap teroris ketika ingin menegakkan ideologinya. Seharusnya ideologi
selain demokrasi pun dianggap teroris karena mengancam atau meneror ideologi
negeri kita.
Setiap
individu yang tidak sesuai dengan ideologinya akan dianggap sebagai virus atau penghalang.
Setiap ideologi tentunya ingin menghapus virus tersebut sesuai dengan cara dan
norma ideologi tersebut. Misal jika seseorang melenceng dari aturan yang telah
dibuat suatu negara yang berideologikan demokrasi, maka akan dihukum sesuai
dengan UU yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan ideologi lain. Islam
mempunyai aturan tertentu yang telah tercantum dalam Al-Quran dan Hadits.
Mereka pun akan menghapus virus atau penghalang yang berbeda ideologi dengan
caranya sendiri. Misal jika seseorang melenceng dari ajaran islam, maka akan
dihukum sesuai dengan Al-Quran dan Hadits.
Setiap
manusia pastinya memiliki ideologi yang berbeda dan hanya memiliki dua agama
yaitu islam dan kafir. Seseorang yang berideologikan demokrasi bisa saja
beragama islam, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Hanya orang yang beragama
islam sajalah yang memiliki ideologi islam, karena orang yang berideologikan
islam hanyalah orang yang telah mengaplikasikan agama islam secara kaffah
(keseluruhan). “Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. Al Baqarah: 208). Islam
adalah agama yang mengatur seluruh sendi kehidupan, mulai dari yang terkecil
seperti memakai sandal, hingga yang terbesar yaitu tata negara. Ideologi islam
adalah sebagai salah satu ketundukan kepada Allah.
Setiap
ideologi memiliki cara untuk menyebarkan ideologinya dan menghapus virus atau
penghalang seperti yang telah disebutkan di atas. Begitupun dengan ideologi
islam. Ingatlah ketika zaman para sahabat, ketika ingin menegakkan ideologi
islam dan menghapus penghalang, mereka melakukannya dengan 3 tahapan,
1. Masuk islam secara sukarela
2. Membayar jizyah jika tidak ingin masuk islam
3. Berperang jika tidak menginginkan keduanya.
1. Masuk islam secara sukarela
2. Membayar jizyah jika tidak ingin masuk islam
3. Berperang jika tidak menginginkan keduanya.
Hal
di ataslah yang ditinggalkan umat muslim saat ini. Maka sangat wajar kita
memiliki suatu penyakit yang dinamakan Tololransi (toleransi). Toleransi ada
ketika syarat tegaknya islam tidak dijalankan, maka umat islam yang banyak justru ditindas oleh orang kafir yang sedikit,
disebabkan rasa takut orang kafir terhadap umat islam yang telah hilang.
Sangat
wajar jika ada seseorang yang ingin menegakkan islam dengan jihad, karena
setiap individu yang memiliki ideologi lain di zaman fitnah ini tentunya tidak
akan mau memenuhi syarat pertama dan kedua yang telah disebutkan di atas.
Sangat wajar pula jika islam dianggap teroris, karena islam tidak akan tegak
jika jihad ditinggalkan. “Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat
bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong
(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Q.S. Al-Hadid:25). Berdasarkan ayat di
atas, kita disuruh untuk menggunakan besi (pedang) untuk meninggikan kalimat
Allah, bukan dengan lisan, bukan pula dengan berdemo.
Jihad
yang telah ditinggalkan umat muslim saat ini menyebabkan banyak umat muslim di
dunia tidak berideologikan islam. Mereka selalu beranggapan “islam itu damai”,
“islam itu indah”. Memang benar, tetapi berbeda penerapannya, hal itu bisa kita
lakukan dengan sesama muslim, atau orang kafir yang membayar jizyah, atau orang
kafir yang terikat dalam perjanjian. Di zaman fitnah ini banyak sekali ustadz
yang menyembunyikan kebenaran ini. Jika seperti ini terus maka kita akan selalu
mengadakan demo berjilid-jilid tanpa hasil (hasil signifikan). Memang banyak
yang berdemo tetapi Allah tidak pernah menyuruh berdemo sekalipun. Bersabda
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian
diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka
seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih
mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap
kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah
Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.”
(HR Abu Dawud 3745).
Hadits di atas sangat cocok dengan keadaan
kita saat ini lihat saja foto di bawah ini.
Mereka melakukan
hal di atas karena kaum muslimin telah banyak yang meninggalkan jihad dikarenakan
mereka telah nyaman (cinta) dengan posisi dan jabatan mereka (dunia) serta
takut akan pembunuhan (mati). Mereka beragama islam, tetapi menggunakan
ideologi demokrasi untuk memperjuangkan hak muslim, bukan dengan ideologi
islam. Sehingga sangat wajarlah banyak orang yang mengaku islam tapi tidak
berideologikan islam. Karena pada hakekatnya mereka yang mengaku islam memiliki
ideologi lain dalam dirinya.
Sebagai
seorang muslim saya hendak mengajak untuk kembali kepada ideologi islam yang
bersumber dari Allah. Jangan sampai fitnah akhir zaman ini merasuki ideologi
kita sehingga kita hanya islam tapi tak berideologi islam. “Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka
(dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi
penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat tinggal bagi
orang-orang kafir. Katakanlah: ‘Apakah
akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (Q.S.
Al-Kahfi:102-104).
Berdasarkan
uraian di atas, wajar jika orang yang berideologikan selain islam telah keluar
dari jalan yang benar yaitu menuju kafir. Karena pada hakekatnya ketika
individu memiliki ideologi islam maka dia akan menjadikan Allah (pembuat ideologi) sebagai Tuhan dan
Sesembahan mereka, serta menganggap Muhammad utusan Allah yang menyampaikan kitab suci Al-Quran. Bandingkan dengan
ideologi demokrasi! Ketika berada di ideologi demokrasi, Tuhan pun berubah
menjadi pembuat ideologi yaitu MPR
dan kitab suci berubah menjadi kitab
UUD. “...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang kafir” (Q.S.
Al-Maidah: 44). Ideologi islam dan ideologi demokrasi adalah
hal yang berbeda dan tidak dapat disamakan. Seperti dua mangkok yang berbeda
yang diisi untuk membuat makanan yang berbeda. Walaupun ada kesamaan bahan
makanan, tetapi makanan yang akan dibuat serta tempatnya pun berbeda.
Lalu
bagaimana jika ada muslim yang shaleh dan ingin menjabat menjadi presiden lalu
akan meninggikan islam? Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun pernah mengalami kasus yang serupa, bahkan langsung ditawarkan. Ingatlah
ketika zaman Rasulullah, beliau pernah ditawarkan menjadi raja oleh Abu Jahal,
tetapi beliau menolak, karena beliau tidak ingin mencampurkan yang haq dengan bathil.
Padahal jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi raja, bisa saja
beliau mengganti hukumnya, tetapi beliau menolaknya, karena caranya salah,
yaitu mencampurkan ideologi islam dengan ideologi jahiliyah.
Mohon
maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, sesungguhnya kebenaran datangnya dari
Allah dan kesalahan datang dari nafsu saya sendiri. Wallahu a‘lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar