Senin, 04 September 2017

Merdeka! Merdeka?



Merdeka adalah ketika kita terbebas dari penjajahan. Sebuah negara dikatakan sudah merdeka jika mempunyai wilayah dan diakui oleh negara lain. Setiap negara pastinya menginginkan kemerdekaan. Oleh karena itu sangat wajar bila kegembiraan diraih setiap orang ketika hari kemerdekaan itu tiba. Tapi... Apakah kita sudah merdeka? Siapa yang sudah merdeka menurut kalian? Menurut hukum dan undang-undang tentunya negara kita sudah merdeka. Tapi, aku tidak merasakannya... Menurutku merdeka adalah ketika kita bebas melakukan apapun. Tanpa larangan dan aturan. Kecuali larangan dan aturan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, serta pemimpin yang menjalankannya dan aturannya. Mas, pemimpin kita kan menjalankan Al-Quran dan Hadits. Sebenarnya mereka hanya mengambil Al-Quran sesuai hati mereka. Jika isinya sesuai kemauan mereka, maka mereka ambil, namun jika tidak, mereka akan membuangnya. "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan." (QS. an-Nisa: 150-151). Contohnya adalah penerapan sila ke satu. Banyak ustad yang ada di tv mengatakan bahwa sila pertama sudah sesuai dengan surat Al-Ikhlas ayat satu yang artinya “Katakanlah: Dialah Allah yang Maha Esa”. Sebenarnya mereka hanya mengambil sebagian ayat, yaitu ayat satu. Padahal di dalam surat tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.
Begitu besar dan beratnya fitnah akhir zaman. Kita tak akan bisa melalui zaman ini, kecuali berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits, karena banyak orang yang mengaku alim sekarang yang hanya mengambil sebagian ayat saja. Ayat yang sesuai dengan hati dan kemajuan teknologi. Padahal seharusnya teknologi yang mengikuti Agama. Dalam bernegara pun Agama di nomor sekian kan. Tak dihiraukan. Memangnya, apakah salah jika Al-Quran dan Hadits dijadikan aturan bernegara? Apakah salah jika kita menginginkan khilafah? Jika salah, apakah Rasul kita akan menerapkan Al-Quran dan Hadits jika sudah mempunyai wilayah? Apakah Rasul kita salah? Jika salah, baca kembali 10 pembatal keislaman yang telah aku release sebelumnya.
Indonesia sudah merdeka. Memang benar Indonesia sudah merdeka. Keanekaragaman pun saling terjalin keharmonisannya. Tapi... Apakah Islam sudah merdeka? Islam... Jika sudah, mengapa saudara kita terus-menerus disiksa? Mengapa bangsa ini tak membantu? Negara kita sudah membantu kok, lewat sandang pangan papan. Rasionalnya begini, jika ibumu atau keluargamu disiksa oleh tetangga, jika mereka dipukuli tiap hari dan tidak diberi makan, jika mereka ditelanjangi tiap hari, apakah kamu rela? Apa yang akan kalian lakukan? Memberi yang disiksa itu makan? Memberi yang disiksa itu pakaian? Memberi yang disiksa itu uang? Apakah kamu tau bagaimana perasaan mereka? Apakah kamu bisa bayangkan perasaan mereka? Ketika disiksa dan hanya diberi itu (makan, pakaian, uang)? Mereka tentu akan senang... Ya, senang... Kesenangan yang sementara, kesenangan saat itu juga, kesenangan yang tak berarti. Mereka disiksa... Bagaimana perasaan Rasul kita? Bagaimana perasaan para sahabat? Apakah mereka hanya memberi sandang, pangan, dan papan ketika saudara seagamanya disiksa?
Setiap yang ada di dunia pasti memiliki sejarah. Baik itu benda mati maupun bernyawa. Setiap kemerdekaan pun memiliki sejarah. Sejarah perjuangan pahlawan. Namun, sejarah semakin lama maka akan semakin pudar. Semakin diabaikan, semakin tak dipedulikan. Seperti kisah kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Fir’aun. Banyak orang yang tak mengambil pelajaran darinya. Oleh karena itu, sejarah menjadi obat bagi tubuh ketika tubuh sakit. Maka disinilah kesalahan fatalnya. Sangat fatal jika sejarah telah diubah. Kejadian yang tidak sama dengan masa lalu. Bukannya mengobati penyakit, malah membuat racun bagi tubuh.
Ketika Indonesia terjajah, rakyat kita mengalami penderitaan. Itulah yang dikatakan sejarah. Apakah benar? Sangat tidak masuk akal jika kita dijajah (ditindas) selama 3,5 abad, namun kita hanya melawannya ketika 1800-1900. Bahkan Palestina yang dijajah Israel kurang dari 1 abad pun sudah banyak pemberontakan sejak dahulu. Lalu mengapa tak ada yang memberontak? Sebenarnya kita sangat berhutang kepada Belanda looh. Karenanya, banyak jalan raya yang menghubungkan antar-provinsi yang hingga sekarang masih dapat berfungsi. Karenanya, kereta sudah mempunyai rel kereta yang mempermudah transportasi. Karenanya, kita memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Karenanya, banyak perguruan tinggi negeri yang berkualitas. Jika kita bandingkan dengan sekarang, perekonomian kita lebih maju ketika Belanda menjajah negeri kita. Namun... Ketika itu kenapa malah ada yang memberontak? Kenapa orang yang sekarang disebut pahlawan itu malah memberontak ketika itu? Mengapa? Apa sebenarnya cita-cita dari pahlawan kita ketika itu? Apakah mereka menginginkan Indonesia? Sebenarnya, apakah percikan api yang menjadi penyulut kebakaran ini? Sangat tidak masuk akal jika menginginkan didirikannya sebuah negara, karena ketika itu, negara sudah sangat maju. Dan ketika kita terbebas dari Belanda, negara ini malah menjadi terhambat perkembangannya dan menjadi negara yang berkembang. Sebenarnya, apa motivasi para pahlawan dahulu kala? Apakah karena perbedaan kulit? Jika iya, negara ini sudah dimasuki berbagai jenis ras. Tapi, tak ada yang memberontak. Tak ada yang menyulut kebakaran terjadi. Lalu apa? Agama... Belanda dan Nusantara memiliki agama yang berbeda. Mungkin ketika itu, Islam menjadi terkekang karena Belanda lah yang menguasai negara. Belanda pula yang mengatur sendi kehidupan kenegaraan. Mulai dari aturan hingga larangan.
Setiap sejarah mempunyai saksi. Dan setiap saksi dapat memberikan pandangan yang berbeda. Sama halnya pisau, pisau tidak tajam jika yang digunakan bukan mata pisau, dan pisau tajam jika yang digunakan mata pisau. Jika ingin melihat suatu kejadian, jangan hanya dilihat dari persepsi satu orang, dengar dan perhatikanlah orang lain yang melihat kejadian itu pula. Sama halnya dengan penjajahan Belanda. Jangan hanya melihat sejarah dari persepsi Indonesia, tapi dengar dan perhatikanlah sejarahnya menurut Belanda. Aku mendapatkan sebuah web yang berisi pandangan Belanda mengenai sejarah penjajahan di Indonesia pada link yang ada di bawah artikel. Sangat disarankan untuk membaca dengan lengkap karena ada bukti berupa surat kabar ketika zaman dahulu.
Setiap orang mempunyai mata yang berbeda, dan cara pandangannya pun berbeda. Dengan perbedaan inilah dunia semakin menarik, karena perbedaan membuat hidup lebih menarik seperti halnya permen nano-nano. Memang sudah beginilah negara ini. Sudah menjadi pohon raksasa yang menancap dengan sangat kuat. Tak bisa ditarik akarnya jika hanya seorang diri. Yang bisa kulakukan hanyalah membawa kalian untuk berfikir, apakah kita sudah merdeka???

link:
www.seraamedia.org/2017/05/23/perjuangan-bangsa-indonesia-melawan-penjajah-dalam-pandangan-media-kuno-belanda/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar