Merdeka
adalah ketika kita terbebas dari penjajahan. Sebuah negara dikatakan sudah
merdeka jika mempunyai wilayah dan diakui oleh negara lain. Setiap negara
pastinya menginginkan kemerdekaan. Oleh karena itu sangat wajar bila
kegembiraan diraih setiap orang ketika hari kemerdekaan itu tiba. Tapi...
Apakah kita sudah merdeka? Siapa yang sudah merdeka menurut kalian? Menurut
hukum dan undang-undang tentunya negara kita sudah merdeka. Tapi, aku tidak
merasakannya... Menurutku merdeka adalah ketika kita bebas melakukan apapun.
Tanpa larangan dan aturan. Kecuali larangan dan aturan yang bersumber dari
Al-Quran dan Hadits, serta pemimpin yang menjalankannya dan aturannya. Mas, pemimpin
kita kan menjalankan Al-Quran dan Hadits. Sebenarnya mereka hanya mengambil
Al-Quran sesuai hati mereka. Jika isinya sesuai kemauan mereka, maka mereka
ambil, namun jika tidak, mereka akan membuangnya. "Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud
membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan
mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap
sebagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil
jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang
yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir itu siksaan yang menghinakan." (QS. an-Nisa: 150-151). Contohnya
adalah penerapan sila ke satu. Banyak ustad yang ada di tv mengatakan bahwa
sila pertama sudah sesuai dengan surat Al-Ikhlas ayat satu yang artinya
“Katakanlah: Dialah Allah yang Maha Esa”. Sebenarnya mereka hanya mengambil
sebagian ayat, yaitu ayat satu. Padahal di dalam surat tersebut dengan gamblang
menjelaskan bahwa Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak
ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.
Begitu
besar dan beratnya fitnah akhir zaman. Kita tak akan bisa melalui zaman ini,
kecuali berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits, karena banyak orang yang
mengaku alim sekarang yang hanya mengambil sebagian ayat saja. Ayat yang sesuai
dengan hati dan kemajuan teknologi. Padahal seharusnya teknologi yang mengikuti
Agama. Dalam bernegara pun Agama di nomor sekian kan. Tak dihiraukan.
Memangnya, apakah salah jika Al-Quran dan Hadits dijadikan aturan bernegara? Apakah
salah jika kita menginginkan khilafah? Jika salah, apakah Rasul kita akan
menerapkan Al-Quran dan Hadits jika sudah mempunyai wilayah? Apakah Rasul kita
salah? Jika salah, baca kembali 10 pembatal keislaman yang telah aku release sebelumnya.
Indonesia
sudah merdeka. Memang benar Indonesia sudah merdeka. Keanekaragaman pun saling
terjalin keharmonisannya. Tapi... Apakah Islam sudah merdeka? Islam... Jika
sudah, mengapa saudara kita terus-menerus disiksa? Mengapa bangsa ini tak
membantu? Negara kita sudah membantu kok, lewat sandang pangan papan.
Rasionalnya begini, jika ibumu atau keluargamu disiksa oleh tetangga, jika
mereka dipukuli tiap hari dan tidak diberi makan, jika mereka ditelanjangi tiap
hari, apakah kamu rela? Apa yang akan kalian lakukan? Memberi yang disiksa itu
makan? Memberi yang disiksa itu pakaian? Memberi yang disiksa itu uang? Apakah
kamu tau bagaimana perasaan mereka? Apakah kamu bisa bayangkan perasaan mereka?
Ketika disiksa dan hanya diberi itu (makan, pakaian, uang)? Mereka tentu akan
senang... Ya, senang... Kesenangan yang sementara, kesenangan saat itu juga,
kesenangan yang tak berarti. Mereka disiksa... Bagaimana perasaan Rasul kita?
Bagaimana perasaan para sahabat? Apakah mereka hanya memberi sandang, pangan,
dan papan ketika saudara seagamanya disiksa?
Setiap
yang ada di dunia pasti memiliki sejarah. Baik itu benda mati maupun bernyawa. Setiap
kemerdekaan pun memiliki sejarah. Sejarah perjuangan pahlawan. Namun, sejarah
semakin lama maka akan semakin pudar. Semakin diabaikan, semakin tak
dipedulikan. Seperti kisah kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Fir’aun. Banyak orang
yang tak mengambil pelajaran darinya. Oleh karena itu, sejarah menjadi obat
bagi tubuh ketika tubuh sakit. Maka disinilah kesalahan fatalnya. Sangat fatal
jika sejarah telah diubah. Kejadian yang tidak sama dengan masa lalu. Bukannya
mengobati penyakit, malah membuat racun bagi tubuh.
Ketika
Indonesia terjajah, rakyat kita mengalami penderitaan. Itulah yang dikatakan
sejarah. Apakah benar? Sangat tidak masuk akal jika kita dijajah (ditindas) selama
3,5 abad, namun kita hanya melawannya ketika 1800-1900. Bahkan Palestina yang
dijajah Israel kurang dari 1 abad pun sudah banyak pemberontakan sejak dahulu.
Lalu mengapa tak ada yang memberontak? Sebenarnya kita sangat berhutang kepada
Belanda looh. Karenanya, banyak jalan raya yang menghubungkan antar-provinsi
yang hingga sekarang masih dapat berfungsi. Karenanya, kereta sudah mempunyai
rel kereta yang mempermudah transportasi. Karenanya, kita memiliki ilmu
pengetahuan yang tinggi. Karenanya, banyak perguruan tinggi negeri yang
berkualitas. Jika kita bandingkan dengan sekarang, perekonomian kita lebih maju
ketika Belanda menjajah negeri kita. Namun... Ketika itu kenapa malah ada yang
memberontak? Kenapa orang yang sekarang disebut pahlawan itu malah memberontak
ketika itu? Mengapa? Apa sebenarnya cita-cita dari pahlawan kita ketika itu?
Apakah mereka menginginkan Indonesia? Sebenarnya, apakah percikan api yang
menjadi penyulut kebakaran ini? Sangat tidak masuk akal jika menginginkan
didirikannya sebuah negara, karena ketika itu, negara sudah sangat maju. Dan ketika
kita terbebas dari Belanda, negara ini malah menjadi terhambat perkembangannya
dan menjadi negara yang berkembang. Sebenarnya, apa motivasi para pahlawan dahulu
kala? Apakah karena perbedaan kulit? Jika iya, negara ini sudah dimasuki
berbagai jenis ras. Tapi, tak ada yang memberontak. Tak ada yang menyulut
kebakaran terjadi. Lalu apa? Agama... Belanda dan Nusantara memiliki agama yang
berbeda. Mungkin ketika itu, Islam menjadi terkekang karena Belanda lah yang
menguasai negara. Belanda pula yang mengatur sendi kehidupan kenegaraan. Mulai
dari aturan hingga larangan.
Setiap
sejarah mempunyai saksi. Dan setiap saksi dapat memberikan pandangan yang
berbeda. Sama halnya pisau, pisau tidak tajam jika yang digunakan bukan mata
pisau, dan pisau tajam jika yang digunakan mata pisau. Jika ingin melihat suatu
kejadian, jangan hanya dilihat dari persepsi satu orang, dengar dan
perhatikanlah orang lain yang melihat kejadian itu pula. Sama halnya dengan
penjajahan Belanda. Jangan hanya melihat sejarah dari persepsi Indonesia, tapi
dengar dan perhatikanlah sejarahnya menurut Belanda. Aku mendapatkan sebuah web
yang berisi pandangan Belanda mengenai sejarah penjajahan di Indonesia pada
link yang ada di bawah artikel. Sangat disarankan untuk membaca dengan lengkap
karena ada bukti berupa surat kabar ketika zaman dahulu.
Setiap
orang mempunyai mata yang berbeda, dan cara pandangannya pun berbeda. Dengan
perbedaan inilah dunia semakin menarik, karena perbedaan membuat hidup lebih
menarik seperti halnya permen nano-nano. Memang sudah beginilah negara ini.
Sudah menjadi pohon raksasa yang menancap dengan sangat kuat. Tak bisa ditarik
akarnya jika hanya seorang diri. Yang bisa kulakukan hanyalah membawa kalian
untuk berfikir, apakah kita sudah merdeka???
link:
www.seraamedia.org/2017/05/23/perjuangan-bangsa-indonesia-melawan-penjajah-dalam-pandangan-media-kuno-belanda/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar